Anak Sulung
— Sebuah catatan anak sulung yang tak kunjung ulung menjadi seorang kakak bagi adik-adiknya.
Anak sulung atau anak pertama ialah seorang Kakak tertua bagi adik-adiknya, ia merasa memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk selalu mensupport adik-adiknya berkembang.
Hari-hari yang telah dilalui anak sulung tidaklah mudah, rasa kecewa yang selalu dipendam dalam-dalam sudah menjadi makanannya hampir disetiap pekan. Tanpa sadar, anak sulung pun telah terbentur dan terbentuk untuk bisa mendewasakan diri lebih awal, rasa kecewa yang selalu dipendam, rasa ingin yang terkadang dilupakan demi mementingkan adik-adiknya.
“Mungkin anak sulung sudah terbiasa untuk peduli tanpa memikirkan dirinya sendiri.”
Ia selalu saja mengalah walau terkadang tidak mau kalah, merasa paling pintar tanpa mau mendengar, merasa egois yang terkadang membuat orang lain ter-iris. Tidak lain maksud dari itu semua adalah rasa peduli walau terkadang tidak mau mengerti. Biarlah menjadi bahan evaluasi tersendiri untuk anak sulung agar tidak seperti orang tuanya yang selalu memaksakan anaknya untuk terus belajar tanpa mau mengerti dan belajar banyak dari hari-hari yang telah dilalui oleh anak sulungnya. Setidaknya belajar dari pengalamannya, anak sulung selalu ingin menutupi kekurangan orang tuanya dan memberikan pandangan yang berbeda sebagai seorang kakak bagi adik-adiknya.
Pemimpi dan pemimpin
Seperti seorang pemimpi yang ulung, anak sulung selalu memimpikan dan mencari cara agar mimpi-mimpi adiknya terwujud, berharap hari buruk yang telah dilalui oleh anak sulung tidak dirasakan juga oleh adik-adiknya, mulai dari rasa kecewa, dilema, putus asa dan lain sebaginya. Selayaknya pemimpin, Anak sulung telah terbiasa merangkul adik-adiknya, mengajak berdiskusi, mendengarkan impian adik-adiknya, mengajarkan dan mengajak untuk selalu berbuat kebajikan walaupun sekaligus mengingatkan si anak sulung itu sendiri, walaupun ia juga sering melanggarnya, yah wajarlah namanya juga manusia yang masih terus belajar, tapi sebisa mungkin anak sulung tidak ingin mencontohkan perilaku buruknya dihadapan adik-adiknya, karena ia sudah terbiasa memimpin banyak hal dirumah, mengajarkan untuk selalu berbuat kebaikan dan merendahkan keegoisan. anak sulung telah terbentuk karakternya sebagai seorang pemimpin tanpa mengikuti latihan kepemimpinan sebelumnya.
Anak sulung selayaknya jembatan
Anak sulung telah terbiasa menjadi jembatan antara orang tua dan adik-adiknya. Karena ada beberapa hal yang sudah tidak relevan ketika orang tua mengajarkan pengalamannya untuk diaplikasikan kepada anak-anaknya. seiring berjalannya waktu ada beberapa hal yang sudah berubah, dan sudah tidak lagi sama dengan zamannya dikala orang tua kita remaja. Segala kekeliruan itu dapat dirasakan terlebih dahulu oleh anak sulung, dengan naluri anak sulung ia selalu berinisiatif untuk selalu menanyakan dan mendengarkan adik-adiknya bercerita, kemudian memberi masukan untuk mereka. karena ada beberapa hal yang selalu di sembunyikan anak terhadap orang tuanya, begitupun anak sulung yang selalu memendam rasa kecewanya. tugas seorang kakak mencoba mengerti dan memahami sisi lain dari adik-adiknya. Entah itu tentang rencana, impian, cita-cita, ketakutan, kegelisahan yang sering disalah artikan oleh orang tua. Setelah mendapat masukan dari adik-adiknya anak sulung pun mencoba berdiskusi dengan dengan bahasa yang sudah disederhanakan sebelumnya agar tidak menyinggung ataupun menyalahkan orang tua yang sudah berjasa banyak atas pertumbuhan seorang anak sulung sebagai manusia yang didipaksakan dewasa sebelum waktunya. Sebenernya tidak ada yang salah, yang dibutuhkan hanya duduk sebentar dan berbicara, agar bisa saling memahami dan mau mengerti dari kedua belah pihak, baik dari perspektif anak maupun orang tuanya. maka diperlukanlah jembatan untuk menyambungkan kembali apa yang sebelumnya telah dimiliki, jangan lupa untuk saling memaafkan.
“Pada akhirnya kita hanya seorang manusia biasa yang sama-sama sedangberproses dalam menjalani kehidupan, yang kita butuhkan sebagai manusia mungkin hanya kesadaran untuk saling menambal celah dan melengkapi satu dengan yang lainnya.”
Begitulah hidup dan sekilas catatan seorang anak sulung yang telah saya lalui. semoga bisa memberikan pandangan lain dan memberikan manfaat. Mohon masukan dan kritikannya dari tulisan pertama yang saya beranikan untuk dipublikasikan. Terimakasih..